BIOSAKA: MENGENAL DAN MEMBUAT ELISITOR BIOSAKA

Biosaka: Mengenal dan Membuat Elisitor Biosaka 

Asal Usul Biosaka

Biosaka ditemukan oleh seorang petani dari Desa Wates Kecamatan Wates, Kota Blitar Jawa Timur sejak tahun 2006 Muhamad Anshar. Berawal dari inisiatif untuk membantu petani dalam mengurangi biaya pertanian dengan menciptakan pupuk pengganti. Sebagai pelopor biosaka, beliau memulai riset pada tahun 2006 dan diperkenalkan secara luas pada tahun 2011 pada program pemberdayaan dan pendampingan petani di daerah Blitar. Biosaka yang disangka pupuk organik tanaman kemudian dilakukan uji coba dan didapatkan bahwa bioska merupakan Elisitor alami yang disebutkan oleh Prof. Robert Manurung guru besar ITB. 
Gambar 1. Muhamad Anshar
Sejak pertengahan 2019, Anshar memperluas pengenalan dan pendampingan pembuatan Biosaka ke berbagai wilayah sampai kini Biosaka sudah diterapkan lebih dari 350 kabupaten/kota pada pertaniannya. Terdapat 5 provinsi secara aktif menggunakan biosaka yaitu Jawa Tengah, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Barat dan D.I. Yogyakarta. Inovasi ini akhirnya tercatat pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan nomor 000399067 sebagai bentuk perlindungan ciptaan pada bidang ilmu berdasarkan UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Definisi Biosaka

Biosaka berasal dari kata Bio yang berarti hayati/tumbuhan dan   dari singkatan Selamatkan Alam dan Kembali ke Alam. Biosaka adalah formula pertanian yang berasal dari ekstraksi tanaman (seluruh ragam hayati) dengan metode pemerasan tangan dan diaduk secara perlahan dengan media air sebagai pelarut ekstraksi. 

Cara Pembuatan Biosaka

Alat dan Bahan
  1. Gunting, alat bantu dalam pengambilan rumput/daun
  2. Wadah pemerasan, ukuran disesuaikan berdasarkan volume air dan rumput
  3. Gayung, alat menuangkan cairan
  4. Saringan, alat untuk memisahkan endapan dan sisa pemerasan rumput
  5. Corong, mempermudah pemindahan biosaka kedalam wadah
  6. Botol/derigen, sebagai wadah ramuan biosaka
  7. Sprayer, untuk aplikasi penyemprotan ramuan ke tanaman budidaya
Bahan
Ketentuan dalam memilih bahan pembuatan ramuan biosaka:
  1. Memilih rerumputan yang telah tumbuh sempurna, dikategorikan sehat, tidak berpenyakit.
  2. Secara tampilan tidak terlihat bolong-bolong, ukuran dan bentuk daun simetris, ujung atau pinggiran daun tidak kusam, dan warna merata pada seluruh bagian daun.
  3. Bagian pucuk yang terlihat masih hijaulah yang diutamakan yaitu 2-4 helai daun dari pucuk dengan batangnya. Jika jenis gulma atau rumput yang memiliki duri pisahkan terlebih dahulu supaya tidak menyebabkan luka saat pemerasan.
  4. Ciri rumput yang bagus ada mampu bertahan didaerah yang tumbuh pada tempat ekstrem, misalnya pinggir jalan yang kering dan berbatu, di dinding atau tembok, pegunungan berbatu, di PH tanah yang rendah/asam, di rawa atau air genangan seoanjang tahun, tanaman buah/pohon yang tumbuh dipinggir jalan, selalu berbuah tanpa dipupuk, tanaman tumbuh dikadar garam tinggi dan atau tanaman yang tumbuh sehat paripurna dibandingkan tanaman disekitarnya yang terserang hama, penyakit, jamur atau OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) lainnya.
  5. Pemilihan dilakukan dengan doa dan pilih minimal 5 jenis dari rumput/daun yang sesuai strandar yang disebutkan sebelumnya.
  6. Bahan yang dibutuhkan cukup satu genggam tangan dalam 1 wadah setiap kali pembuatan dengan komposisi 5% bahan dan 95% air atau sekitar 2,5 ons bahan rumput/daun dalam 5 liter air.
Rekomendasi rumput/daun yang bagus untuk dimanfatkan dalam pembuatan ramuan biosaka:
  1. Babandotan
  2. Tapak liman putih (Elephantopus mollis Kunth)
  3. Kitolod (Hippobroma longiflora)
  4. Maman ungu (Celome rutidosperma)
  5. Patikan kebo (Euphorbia birta L)
  6. Meniran (Phyllanthus niruri L)
  7. Anting-anting (Acalypha indica L)
  8. Jelantir (Erigeron sumatrensis Retz)
  9. Sembung (Baccharis balsamifera L)
  10. Sembung rambat (Mikania micrantha Kunth)
  11. Kirinyuh
  12. Daun Kuda kuda
  13. Sambung nyawa
  14. Tutup bumi
  15. Krokot
  16. Kipahit
  17. Arang sungsang
  18. Kancing putih
Tahapan Pembuatan
  1. Meremas bahan dengan berdoa dan dilakukan secara sabar, ikhlas, sepenuh hati dan fokus.
  2. Campurkan 5 jenis rumput/daun 2,5 ons dengan air bersih sebanyak 5 liter dalam wadah yang sudah disiapkan.
  3. Pemerasan dilakukan satu tangan dan tangan lainnya memegang pangkal bahan. Sekali remasan diikuti sekali memutar berlawanan arah jarum jam sambil pengumpulkan bahan yang tercecer. Alasan arah putaran berlawanan arah adalah efektifitas pemerasan karena berlawanan dengan perputaran bumi.
  4. Tangan tidak boleh diangkat dan tetap didalam air dan dilakukan pemerasan secara terus menerus tanpa adanya pergantian orang dan tidak menggunakan mesin misalnya blender, mesin tumbuk, dan alat lainnya hal ini akan mengganggu hasil dari ramuan biosaka.
  5. Pemerasan dilakukan hingga homogen dengan ciri menyatunya air dan saripati bahan kisaran 10-20 menit.
  6. Ciri visualnya: tidak mengendap, merata tidak ada perbedaan warna, tidak timbul gas, tidak ada butiran, bibir permukaan membentuk pila wadah atau cincin, ramuan terlihat pekat dan mengkilap/seolah berminyak, diterawang tidaj bening, bisa bewarna merah, hijau, biru atau sesuai dengan warna rumput yang dugunakan. Warna tidak menjadi acuan dalam keberhasilan homogenitas.
  7. Ramuan bisa diukur dengan TDS meter Total Disolved Solid dengan peningkatan deltanya minimal 200 ppm, optimalnya diatas 300ppm dan menjadi homogen yang sempurna diatas 500ppm.
  8. Saring ramuan dan masukkan kedalam botol atau derigen
  9. Ramuan biosaka dapat langsung diaplikasikan dengan penyemprotan dengan dosis tertentu (akan dibahas di lain artikel). Ramuan bisa disimpan 5 tahun.
Reference:
Ansar. M., Manurung. R., Barki. H., Suwandi, Pambudy. R., Fahmid, I. M., Sugiharto. U. 2023. Elisitor Nuswantara Biosaka Terobosan Pertanian Berkelanjutan Menuju Tanah Nusantara Land of Harmony. Bogor: IPB Press.

Author: Farida Rosyadi

Komentar