ECO-ENZYME: SOLUSI GREEN CHEMISTRY DAN CARA PEMBUATANNYA

 Eco-Enzyme: Solusi Green Chemistry dan Cara Pembuatannya

Deskripsi Eco-Enzyme

Eco-Enzyme merupakan larutan zat organic kompleks dari proses fermentasi anaerobic dari bahan organic, gula dan air. Eco-enzyme salah satu produk yang menggunakan pronsip Green Chemistry Dimana menggunakan bahan ramah lingkungan dengan sumber bahan terbarukan seperti limbah domestic sisa sayur dan kulit buah-buahan.

Asal Usul Eco-Enzyme

Eco-Enzyme pertama kali ditemukan oleh ilmuan Thailand yang bernama Dr. Rosukan Poompanvong . Beliau aktif melakukan riset tergadap enzim selama 30 tahun. Gagasan proyek ini dicetuskan dalam upaya mengolah sampah menjadi produk yang bisa dimanfaatkan berupa cairan multiguna. Melalui penemuan Eco-Enzyme ini Dr. Rosukan mendapatkan penghargaan dari FAO PBB  dalam rangkaian perayaan Hari Pangan Sedunia pada tanggal 16 Oktober 2003 di Bangkok, Thailand. Pengertian Eco-Enzyme dari Dr. Rosukan adalah senyawa organic yang secara alami disintesis dengan protein nabati, mineral dan juvenile hormone. Melalui fermentasi bahan baku akan saling bereaksi membentuk ekosistem enzimatik yang kompleks dan stabil. Eco-Enzyme dapat menghambat aktivitas organisme berbahaya, khususnya patigen dan bakteri, serta menutrisi tanaman untuk tumbuh dengan baik.

“Jika setiap rumah membuat dan memanfaatkan Eco-Enzyme, polisu akan lebih mudah diatasi dan kita dapat hidup dengan lebih sehat”, Dr. Rosukan Poompanvong.

Pembuatan Eco-Enzyme

Eco-enzyme dapat dibuat dengan 4 tahapan singkat yaitu penuangan air, penambahan gula, penambahan bahan organic dan menutup rapat wadah untuk proses fermentasi.

Tahap Persiapan

  1. Siapkan wadah dengan kapasitas 20-30% lebih besar dari total bahan eco-enzyem untuk mengantisipasi terjadinya ledakan karena proses dari fermentasi yang menghasilkan gas
  2. Wadah yang baik digunakan tidak boleh menggunakan bahan dari kaca, volumenya tidak sempit. Wadah yang disarankan bermulut lebar dan berbahan plastic seperti drum.
  3.  Perbandingan bahan yang disiapkan yaitu Gula merah/molase/gula murni : bahan organic : air = 1:3:10.

Gambar 1. Pembuatan Eco-Enzyme

Kriteria Bahan Pembuat Eco-Enzyme

Air

  1. Sumber air dapat menggunakan air sumur, air hujan, air buangan AC, air PAM, air gallon, dan air isi ulang/ hasil filterisasi.
  2. Diamkan air minimal 24 jam sebelum digunakan untuk menghindari kontaminasi dari pasir, lumpur, kaporit atau suspense dalam air dapat mengendap. Durasi pengendapan air disesuaikan dengan kualitas air yang ada, sampai air terlihat jernih.

Gula

  1. Gunakan gula yang tidak melalui proses kimiawi seperti gula pasir.
  2. Pilih jenis gula yang mengandung gula 10-15% penyusun utamanya jenis sukrosa dan sebagian kecil dari glukosa dan fruktosa.
  3. Jenis gula yang disarankan yaitu molase cair, molase kering, gula kelapa, gula aren, gula lontar.

Hati-hati terhadap gula merah palsu yang banyak beredar menggunakan larutan limbah kecap cair yang dicampur gula rafinasi (raw sugar) dan diberi zat pengeras. Cirinya gula ini berwarna lebih gelap dengan aroma lebih mirip kecap dari pada gula merah pada umumnya.

Bahan Organik

  1. Semua jenis sayuran dan buah (kulit, biji, sisa daging buah) dapat digunakan kecuali, Sudah dimasak (digoreng/rebus/kukus/tumi, busuk/berulat/berjamu dan hasil penimbunan sampah organic karena berpeluang mengalami pembusukan.
  2. Jika belum terkumpul sesuai jumlah dapat diawali dengan pelaturan air dan gula dan penambahan secara bertahap (dicicil) pemberian bahan organiknya.
  3. Semakin beragam bahan organic maka larutan eco-enzyme akan semakin baik.
  4. Eco-enzyme yang aromatic dapat menggunakan bahan beraroma segar seperti kulit buah dari famili jeruk-jerukan, sereh, rosemary, pandan, kemangi dataupun beragam jenis bunga. Penambahan 10% bahan aromatic setelah 2 bulan (2/3 total waktu fermented).

Tahap Pembuatan

  1. Masukkan air, gula dan bahan organic ke dalam wadah.
  2. Aduk hingga merata dan tutup dengan rapat tanpa ada celah, dapat menambahkan perekat yang bisa dibuka tutup.
  3. Fermentasi dilakukan 3 bulan untuk daerah tropis dan 6 bulan daerah subtropic.
  4. Tempatkan wadah pada area yang tidak terkena sinar matahari langsung, memiliki sirkulasi udara yang baik dan jauh dari wi-fi, wc, tong sampah, tempat pembakaran dan bahan-bahan kimia.
  5. Menghindari adanya pembusukan, wadah dapat dibuka tutup pada hari ke-7, hari ke-30 dan haru ke-90 (waktu panen)
  6. Keberhasilan eco-enzyme dapat diketahui dengan adanya aroma alcohol pada bulan pertama, dan aroma cuka pada bulan kedua dan pada bulan ketiga sudah diperoleh enzyme.
  7. Terdapat jamur bewarna putih (Pitera) atau laoisan bewarna cokelat seperti jeli (mama enzyme) yang merupakan biang pembuatan eco-enzyme. Kemunculan jamur ini bersifat tentative dan bukan acuan dari keberhasilan pembuatan eco-enzyme.
  8. Waktu panen 90 hari dilakukan dengan cara disaring dan disimpan dalam wadah tertutup. Eco-Enzyme dapat disimpan selama berwaktu-waktu karena tidak memiliki masa kadaluwarsa.

Permasalahan Pembuatan Larutan Eco-Enzyme:

Permasalahan 1

Masalah: larutan berbau got/ terdapat jamur hitam

Penyebab: kontaminasi mikroba “tidak baik” kemungkinan akibat Lokasi penempatan yang kurang baik.

Solusi: Perbaiki kerapatan wadah, tempatkan wadah tertutup dibawah sinar matahari pagi selama 30 menit dalam 3 hari dan periksa Kembali setelah 7 hari.

 Permasalahan 2

Masalah: Belatung tumbuh di dalam wadah.
Penyebab: Wadah kurang tertutup
Solusi: Apabila bau got tidak hilang setelah 3 hari penjemuran dan total 7 hari perbaikan, masukkan gula sejumlah takaran awal pembuatan. Setelah itu fermentasi kembali selama 1 bulan.

Reference:

Mugitsah, Anis. 2021. The Amazing Eco-Enzyme Kimia Konstektual Green Chemistry & Nilai Islam. Tugas Akhir: Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.



Komentar